Dengan Apa Kita Mengisi Kemerdekaan?
Tujuh puluh dua tahun sudah Indonesia merdeka, 72 tahun sebuah angka yang cukup fantastic untuk usia kemerdekaan suatu bangsa. Usia yang sudah matang untuk mengerti apa itu arti kemerdekaan. Untuk sebuah kata “merdeka” para pahlawan kita harus menebus dengan tetesan air mata, darah bahkan dengan nyawa para syuhada. Kita bangga sebagai bangsa Indonesia. Setiap tanggal 17 Agustus di kota-kota dan di desa-desa seluruh penjuru tanah air merayakan Hari Kemerdekaan ini.
Semangat Kemerdekaan menggema dimana-mana, lagu-lagu perjuangan dikumandangkan. Sungguh, sebuah pemadangan yang sangat indah mengahru biru, bahkan mengkin lebih semarak dari hari perayaan lain. Di tiap rumah di pinggir jalan bahkan di gang-gang yang sempit dihiasi dengan bendera, umbul-umbul dan gemerlap dari lampu-lampu hias yang makin menambah semarak dimana-mana, warna-warna merah putih yang berkibar makin menumbuhkan jiwa kebangsaan, semangat nasionalisme.
Merdeka! Warga berlomba-lomba untuk menghias rumahnya, bahkan tidak sedikit yang mengecat rumahnya, dipinggir-pinggir jalan banyak pedagang dadakan yang menjual aneka bendera dan pernak-perniknya. Berbagai macam lomba digelar baik untuk anak-anak maupun orang dewas, dari tingkat RT sampai tingkat kota, arak-arakan pun tak kalah serunya dan malam tasyakuran juga menjadi bagian penting acara warga yang ditunggu-tunggu.
Menjelang detik-detik tanggal 17 Agustus berbagai elemen masyarakat pun menyiapkan diri untuk memgkuti upacara tujuh belasan, baik itu di lembaga pemerintah, lembaga pendidikan maupun lembaga kemasyarakatan lainnya.
Gegap gempita perayaan tujuh belas Agustus sudah sedemikian lama mengakar di tengah-tengah masyarakat Indonesia sejak negeri ini menyatakan kemerdekaannya, bahkan bisa dikatakan aneh jika ada suatu daerah tidak ikut merayakan tradisi tujuh belasan ini.
Ke bhineka-an yang ada di negeri ini menjadi sumber yang memperkaya budaya bangsa, karena ini menjadi hal yang menarik dan menggagumkan ketika sederet budaya ditampilkan dalam berbagai even tujuh belasan, Negara-negara lain pun mengakui dan mengagumi dengan kekayaan budaya Indonesia yang beraneka ragam.Kita sebagai warga Negara harus bangga dan melestarikan nilai-nilai budaya kita yang baik dan dapat menjunjung martabat bangsa.
Sejauh ini, kita juga harus berfikir apakah kita hanya mengikuti arus dengan bersuka ria pada perayaan ini atau kita sudah berkontribusi untuk mengisi kemerdekaan bangsa ini.
Yuk, kita lihat kondisi bangsa ini, masih banyak hal-hal yang cukup memprihatinkan dan harus kita benahi agar bangsa ini tidak terpuruk di kemudian hari.
Di provinsi kita Jawa Tengah yang notabene sudah sedemikian maju ternyata di pelosok-pelosok desa masih banyak warganya yang belum bebas 3 buta yaitu buta aksara, buta bahasa Inosnesia dan but a pengetahuan dasar. Bahkan dari kaum mudanya juga masih banyak yang but abaca Al-Qur’an. Sungguh, sebuah fenomena yang sangat menyedihkan di tengah era tekhnologi dan informasi seperti sekarang ini.
Lalu tugas siapa untuk menuntaskan semua ini? Disinilah peran kita di masyarakat untuk bisa ambil bagian dalam memerangi bebas 3 buta dan peran-peran yang lain. Generasi yang peduli tentu tidak akan tinggal diam, banyak lahan menunggu untuk digarap dan diolah karena negeri ini banyak menyimpan kekayaan alam. Yang orang jawa bilang “Gemah Ripah Loh Jinawi”
Mari sebagai generasi penerus bangsa kita teruskan perjuangan para syuhada dengan mengisi kemerdekaan ini, banyak hal yang dapat dilakukan diantaranya:
- Mengajakan baca tulis huruf abjad dan huruf-huruf hijaiyyah untuk mereka yang masih buta huruf
- Mengajarkan keterampilan bagi anak-anak yang putus sekolah
- Membuka lapangan pekerjaan
- Mengajak oranglain untuk sama-sama belajar memperdalam agama
- Mendirikan taman baca dan masih banyak yang lain.
Banyak peran yang bisa kita ambil untuk mengisi kemerdekaan ini, dari peran yang kecil sampai peran yang besar semua kalau diniatkan ibadah akan bernilai pahala di sisi AllahSWT. Selagi kita mampu untuk berperan mengisi kemerdekaan ini, kenapa tidak? Seandainya peran itu tidak kita ambil nanti akan diambil oleh orang –orang yang kurang bertanggung jawab yang hanya akan merusak negeri ini. Sungguh mengerikan. Mari kita luruskan niat, rapikan barisan agar negeri ini Baldatun Thayyibatun Wa Rabbun Ghafur. Sekali MERDEKA! Tetap MERDEKA!!
Oleh: Zubaedah (Guru SDIT Usamah)
Pemenang Lomba Essay pada “Semarak Kemerdekaan Yayasan Ribathul UKhuwwah”dengan Tema: Peran Kita dalam Mengisi Kemedekaan