At-TarbawiKhasanah Islam

Kalimat-kalimat Indah Ibu Dalam AL-Qur’an

kartun-ibu-dan-anak-laki

Bulan ini tepatnya 22 Desember kita yang hidup di negara tercinta ini akan diingatkan kembali sosok mulia dalam kehidupan manusia yang bernama Ibu, bukan tanpa sebab kata Ibu menjadi dimuliakan karena melihat legenda sejarah.

Masih teringat kisah Si Malin Kundang, memang itu adalah kisah legenda, tapi apakah tidak akan mungkin terjadi di masa sekarang. Tengoklah betapa kita sangat sedih menyaksikan generasi kita yang semakin terpuruk dari nilai akhlak dan kemuliaan bisa jadi itu merupakan bagian yang terlupakan dari peran sosok seorang Ibu. Ternyata ajaran Islam yang kita yakin merupakan ajaran yang sempurna lagi paripurna bagaimana Islam menguatkan tentang sosok Ibu. Mari kita renungkan lembaran kisah tentang sosok seorang Ibu.

Ibunda, Kenapa Engkau Menangis

Suatu ketika, ada seorang anak laki-laki yang bertanya kepada ibunya. “Ibu, mengapa Ibu menangis?” Sang Ibu menjawab, “Sebab, Ibu adalah seorang wanita, Nak.” Si Anak menggeleng “Aku tak mengerti.” Sang Ibu hanya tersenyum dan memeluknya erat. “Nak, kamu memang tak akan pernah mengerti.”

Kemudian, anak itu bertanya pada ayahnya. “Ayah, mengapa Ibu menangis? Sepertinya Ibu menangis tanpa ada sebab yang jelas?” Sang Ayah menjawab, “Semua wanita memang menangis tanpa ada alasan.” Hanya itu jawaban yang bisa diberikan ayahnya. Lama kemudian, Si Anak itu tumbuh menjadi remaja dan tetap bertanya-tanya, mengapa wanita menangis.

Pada suatu malam, ia bermimpi dan bertanya kepada Tuhan. “Ya Allah, mengapa wanita mudah sekali menangis?” Dalam mimpinya, Tuhan menjawab,
Saat Kuciptakan wanita, Aku membuatnya menjadi sangat utama. Kuciptakan bahunya, agar mampu menahan seluruh beban dunia dan isinya, walaupun juga, bahu itu harus cukup nyaman dan lembut untukmenahan kepala bayi yang sedang tertidur.
Kuberikan wanita kekuatan untuk dapat melahirkan, dan mengeluarkan bayi dari rahimnya, walau, seringkali pula, ia kerap berulangkali menerima cerca dari anaknya itu.
Kuberikan keperkasaan, yang akan membuatnya tetap bertahan, pantang menyerah, saat semua orang sudah putus asa.

Pada wanita, Kuberikan kesabaran, untuk merawat keluarganya, walau letih, walau sakit, walau lelah, tanpa berkeluh kesah.

Kuberikan wanita, perasaan peka dan kasih sayang, untuk mencintai semua anaknya, dalam kondisi apapun, dan dalam situasi apapun. Walau, tak jarang anak-anaknya itu melukai perasaannya, melukai hatinya. Perasaan ini pula yang akan memberikan kehangatan pada bayi-bayi yang terkantuk menahan lelap. Sentuhan inilah yang akan memberikan kenyamanan saat didekap dengan lembut olehnya.

Kuberikan wanita kekuatan untuk membimbing suaminya, melalui masa-masa sulit, dan menjadi pelindung baginya. Sebab, bukankah tulang rusuklah yang melindungi setiap hati dan jantung agar tak terkoyak? Kuberikan kepadanya kebijaksanaan, dan kemampuan untuk memberikan pengertian dan menyadarkan, bahwa suami yang baik adalah yang tak pernah melukai istrinya. Walau, seringkali pula, kebijaksanaan itu akan menguji setiap kesetiaan yang diberikan kepada suami, agar tetap berdiri, sejajar, saling melengkapi, dan saling menyayangi.

Dan, akhirnya, Kuberikan ia air mata agar dapat mencurahkan perasaannya. Inilah yang khusus Kuberikan kepada wanita, agar dapat digunakan kapanpun ia inginkan. Hanya inilah kelemahan yang dimiliki wanita, walaupun sebenarnya, air mata ini adalah air mata kehidupan.
Maka, dekatkanlah diri kita pada Sang Ibu kalau beliau masih hidup.

Sebagaimana banyak dikisahkan dalam Al-Qur’an sebagai pedoman kita. Bahkan tertuang indah kalimat-kalimat tentang Ibu serta kemuliaanya.

Dan kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada kedua orang ibu-bapaknya , ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah lemah dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada kedua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembali (Q.S Luqman : 14).

Ibu adalah sumber kasih sayang, mengasuh dan memberi tanpa batas. Dialah prajurit malam yang selalu berjaga dan berjaga. Menemani ketidakberdayaan kita. Dia yang selalu mendahulukan anaknya dari dirinya sendiri, mencintai tanpa menuntut balas.

Ibu, sebuah kata yang jujur nan kuat, diucapkan semua makhluk hidup dalam bahasa masing-masing, Dengan kata Ibu pada makhluk itu mendapat kasih sayang, ketulusan hati, kehangatan, pengorbanan, cinta yang agung, yang dicipta dan ditumbuhkan Allah SWT dalam diri semua kaum Ibu terhadap anak-anaknya. Karena itu Allah SWT berwasiat kepada manusia untuk taat kepadanya, seperti juga Rasul –Nya telah berpesan agar kita senantiasa berbakti kepadanya.

Ada dua kata yang selalu dipakai Al-Qur’an untuk menyebutkan kata Ibu : “Umm dan Walidah.”

Kata Umm digunakan Al-Qur’an untuk menyebutkan sumber yang baik dan suci untuk hal yang besar dan penting. Misalnya Makkah Al-Mukaromah disebut Ummul Quro. Karena kota ini menjadi tempat turunnya risalah Al-Islam sebagaimana dalam firman Allah dalam (Q.S Al -Anam : 92).

Allah juga menyebutkan kata Umm untuk sesuatu yang menghimpun ilmu-Nya yaitu pada lafadz Ummul Kitab sebagaimana dalam firman-Nya (Q.S Ar- Raad:39).

Al-Qur’an membedakan antara kata Umm dan Walidah  dimana Allah SWT menyebutkan walidah kepada perempuan yang melahirkan anak tanpa melihat karakter dan sifatnya yang baik atau buruk. Karena ternyata ada juga segelintir Ibu yang yang tak punya hati terhadap anaknya. Kata walidah digunakan hanya karena adanya proses melahirkan, baik bagi manusia maupun makhluk lainya dengan keadaanya yang menyertainya seperti hamil dan menyusui sebagaimana firman Allah SWT dalam ( Q.S Al- Baqarah : 233).

Ibu yang dibahasakan walidah inilah tempat menumpahkan segala bakti, pemuliaan, tanpa melihat apakah ia baik atau buruk. Allah SWT berfirman dalam (Q.S  Al-Isra : 23) bahkan sekalipun Sang Ibu adalah pelaku maksiat atapun pribadi yang kafir kepada Allah SWT.

Adapun Umm seperti telah disebutkan diatas Al-Qur’an menggunakan untuk menyebutkan sesuatu sumber kemuliaan, merupakan symbol pengorbanan, penebusan, kesucian, kejernihan, cinta dan kasih sayang. Sumber yang menjadi seseorang tumbuh menjadi manusia terhormat, menemukan kemuliaan, dan bangga menisbatkan dirinya kepada Ibu yang melahirkannya.

Mari kita lihat kisah kemuliaan para Rasul terhadap ibunya. “Dan berbakti kepada ibuku, dan dia tidak menjadikan aku seorang ysng sombong lagi celaka”. (Q.S Maryam: 3). Demikian pula saat Al- Qur’an mengisahkan tentang Nabi Isa as berkenaan dengan karakter dan sifat ibundanya yang mulia, Ia menggunakan kata Umm (Q.S Maidah:75).

Demikian pula kisah Nabi Musa as dimana tergambar dalam Al- Qur’an tentang cinta yang dalam seorang Ibu kepada anaknya serta besar kelembutan dan kasih sayangnya dengan menyebutkan Umm sebagaimana dalam Q.S Al-Qashash :10 dan Q.S Thaha : 40.

Ketika menunjukan kesucian dan kemuliaan para istri Rasulullah SAW, Al- Qur’an pun menyebutkannya dengan Al-Ummahat bukan Al-Walidat sebagai mana dalam Q.S Al -Ahzab :6.

Begitu besar dan banyak Al-Qur’an menyebutkan kata dan makna Umm itu menunjukan bahwa Allah SWT sangatlah memuliakan sekaligus menjadikan salah satu hamba yang amat dekat dengan-Nya hingga doanya pun akan sangat di dengar. Mestinya selaku hamba yang beriman kepada-Nya juga sama memuliakan sekaligus menjadikan Ibu ladang amal dalam berbakti kepada-Nya . Mari jangan sia-siakan mereka. Baik di dunia maupun di alam kuburnya. Aamiin.

Artiekl ditulis oleh: Ustadz Maskuri, S.Pd. (Ketua Yayasan Ribathul Ukhuwwah)

Please follow and like us:
Pin Share

One thought on “Kalimat-kalimat Indah Ibu Dalam AL-Qur’an

  • bahrun mahabi

    Izin Ambil Gambarnya min .

    Balas

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

× Assalamu'alaikum. ada yang bisa kami bantu?