At-TarbawiKhasanah IslamSMPIT

Makna Kemerdekaan Bagi Seorang Muslim

Segala puji hanya milik Allah yang menguasai semua yang ada dialam raya,Dialah Allah Ar-Rohman,dzat yang maha pengasih yang ksihnya tiada pilih-pilih.salawat teriring salam kepada junjungan Nabi Muhammad saw. Manusia pilihan Allah sebagai suritauladan bagi kehidupan manusia pada umumnya dan terkhusus pada umat islam.

Bulan ini dibulan Agustus kita diingatkan kembali peristiwa 77 tahun yang lalu dimana Indonesia menyatakan kemerdekaan,yaitu ketika bungkarno dan bung hatta mengpoklamirkan kemerdekaan

“Kami bangsa Indonesia dengan ini menjatakan Kemerdekaan Indonesia. Hal-hal jang mengenai pemindahan kekoeasaan d.l.l., diselenggarakan dengan tjara seksama dan dalam tempo jang sesingkat-singkatnja. Djakarta, hari 17 boelan 8 tahoen 45,”

Setelah tek proklamasi ini di bacakan maka Indonesia menyatakan merdeka, merdeka dari penjajahan merdeka dari penindasan, merdeka dari cengkraman negara belanda dan negara Jepang.kemerdekaan yang diperoleh oleh bangsa Indonesia tidaklah mudah tapi penuh dengan pengorbanan,penuh dengan perlawanan berapa banyak putra -putri  bangsa Indonesia yang telah gugur dimedan pertempuran,berapa banyak rakyat yang menjadi korban.

Bagaimana Islam  memaknai kemerdekaan ?

Islam memandang manusia sebagai makhluk yang merdeka sejak ditakdirkan hadir di muka bumi. Manusia hanya diperkenaan menghamba kepada Sang Pencipta, Allah Subhanahuwata’ala . Oleh karenanya, perbudakan manusia atas manusia lainnya sangat dilarang.

Dalam terminologis bahasa Arab, kemerdekaan adalah ‘al-taharrur wa al-khalash min ayy qaydin wa saytharah ajnabiyyah’ bermakna, bebas dan lepas dari segala bentuk ikatan dan penguasaan pihak lain. Hal tersebut berarti bahwa kemerdekaan adalah sesuatu yang asasi dan melekat dalam diri setiap manusia. Oleh karena itu tidak dapat dan tidak boleh dirampas oleh siapapun, sebagai anugerah Tuhan. Segala bentuk perbudakan dan penjajahan harus dihapuskan dan dilenyapkan dari muka bumi, karena tidak sesuai dengan kodrat manusia, makhluk mulia.

Dalam konteks kemerdekaan Republik Indonesia yang kita peringati setiap 17 Agustus, para pendiri bangsa besar ini dengan jujur mengungkapkannya dalam bentuk rangkaian kalimat penuh makna, Atas berkat rahmat Allah Yang Maha Kuasa dan dengan didorongkan oleh keinginan luhur, supaya berkehidupan kebangsaan yang bebas, maka rakyat Indonesia menyatakan dengan ini kemerdekaannya. Hal tersebut mengisyaratkan bahwa setelah melalui perjuangan yang berat dan panjang dalam merebut kemerdekaan, dengan tumpahan darah dan pengorbanan nyawa para pahlawan, semua dapat terwujud atas izin Allah.

Dalam usia kemerdekaan yang sudah mencapai 77 tahun, sesungguhnya republik tercinta ini dipandang belumlah cukup untuk merealisasikan cita-cita bangsa dalam mewujudkan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut melestarikan ketertiban dunia, perdamaian abadi dan keadilan sosial. Perlu kesabaran tinggi dalam menanti terwujudnya semua cita-cita tersebut. Namun tujuan ke arah itu sudah dimulai sejak negeri ini merdeka. Pembangunan infrastruktur, pusat-pusat ekonomi rakyat dibangun, otonomi daerah untuk percepatan pembangunan diwujudkan, peningkatan sumber daya manusia dalam mencapai generasi unggul didorong di mana-mana, penguatan akan kesadaran hidup berbangsa dan negara dalam bidang ideologi, politik, ekonomi, sosial dan budaya terus ditingkatkan.

Islam yang mengemban misi memerdekakan manusia dari perbudakan dan membebaskan mereka dari kemiskinan, kebodohan, penderitaan, dan kesengsaraan, mengajarkan kepada umatnya bahwa kemerdekaan meliputi segala hal sejauh tidak melanggar aturan Allah dan Nabi-Nya. Kemerdekaan dalam beragama dan berkepercayaan, berekspresi dalam menuangkan pikiran, hak untuk memperoleh rasa aman, keadilan dan mendapatkan penghidupan yang layak, serta semua hak dasar yang sifatnya universal sangatlah dilindungi. Tentunya semua haruslah berdasarkan aturan yang berlaku dalam tatanan agama dan masyarakat. Oleh karena itu, Islam memposisikan semuanya dalam wujud keadilan bagi umatnya. Islam tidak memilah dan memilih dalam menentukan keadilan. Tidak memandang apakah seorang pejabat atau rakyat, si kaya atau si miskin, semua memperoleh hak yang sama.

Seperti dikisahkan dalam riwayat masyur manakan Khalifah Umar bin Khatab memberikan keputusan yang adil atas perlakuan zalim Abdullah, anak Amr bin Ash, Gubernur Mesir yang menganiaya petani miskin. Setelah memanggil sang Gubernur tersebut, Umar mengatakan, sejak kapan kamu memperbudak orang, padahal ia dilahirkan ibunya dalam keadaan merdeka? Umar lalu mempersilakan si petani miskin tersebut mengambil haknya yang diperlukan terhadap anak pejabat tinggi negara itu. Sikap tersebut menujukkan kebijakan yang seharusnya dilakukan oleh seorang pemimpin. Islam menunjukkan bahwa di depan hukum, setiap orang mempunyai hak untuk tidak dihakimi dan dizalimi hanya karena kedudukan sosialnya. Perbedaan status sosial-ekonomi, tidak serta merta kehilangan keadilan. Sebaliknya bagi yang status sosial tinggi, tidak boleh dibiarkan merampas hak orang lain dan kebal hukum. Keteladanan itulah yang Baginda Nabi  pernah sampaikan kepada umatnya: Seandainya Fatimah, anakku, mencuri. Jangan orang lain yang menghukumnya! Aku sendiri akan memotong tangannya!

Kemerdekaan merupakan karunia besar dari Allah kepada bangsa Indonesia. Kewajiban kita untuk mensyukurinya, agar kenikmatan tersebut berbuah keberkahan yang berlipat ganda.

Allah berfirman dalam surat ibrohim ayat 7.

“Sesungguhnya jika kamu bersyukur, niscaya Aku akan menambah (nikmat) kepadamu, tetapi jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka pasti azab-Ku sangat berat.”

Bersyukur dalam mengisi kemerdekaan berarti mengoptimalkan kemampuan yang dimiliki untuk kemasalahatan, menjadikan bangsa Indonesia bangsa yang berketuhanan yang maha esa, Rangkaian kalimat yang ditulis dalam teks proklamasi kemerdekaan negeri ini mengisyaratkan bahwa bangsa ini berhak menentukan nasib sendiri dengan tidak bergantung pada negara lain. Sudah kewajiban kita mengisi kemerdekaan negeri ini dengan menghiasinya melalui karya nyata yang produktif dan bermanfaat. Bukan hanya untuk diri saja, tetapi maslahat bagi sebanyak-banyaknya umat.
(Ditulis oleh : Nurcholis,S.Pd.I. Kepala SMP IT Usamah Kota Tegal)

Please follow and like us:
Pin Share

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

× Assalamu'alaikum. ada yang bisa kami bantu?