Menjadi Guru Unggul, Melahirkan Generasi Unggul
Guru merupakan profesi yang paling mulia, agung, dan dihormati. Sampai-sampai ada idiom ‘profesi di dunia hanya ada dua, yaitu guru dan bukan guru’. Bermula dari firman Allah Subhanahu Wa Ta’ala dalam Surat Al Mujaadilah ayat 11, “…Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman dan berilmu di antara kalian beberapa derajat…”. Kemudian diteruskan sabda Nabi Muhammad shallaLlaahu ‘alayhi wasallam, “Sesungguhnya Allah, para malaikat, seluruh penghuni langit dan bumi, bahkan semut di sarang-sarang mereka, dan ikan-ikan di lautan mendoakan kebaikan bagi orang yang mengajarkan kebaikan kepada manusia”. Pantaslah ketika ada yang menyatakan, guru yang menyampaikan kebaikan sebagai ahli waris para nabi. Namun, guru yang tidak mengamalkan dan mengajarkan ilmu sesuai tuntunan Rasulullah SAW bukan ahli waris para nabi (Fuad Asy-Syalhub dalam bukunya Guruku Muhammad SAW).
Menjadi guru berarti memiliki peluang besar mendapatkan amalan yang terus mengalir, yaitu dengan mengajarkan ilmu yang bermanfaat kepada peserta didik. Sebagaimana sabda Nabi Muhammad shallaLlaahu ‘alayhi wasallam, “Apabila anak Adam meninggal dunia maka terputuslah seluruh amalnya kecuali tiga hal, yaitu sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat, dan anak saleh yang selalu berdoa untuknya.” (HR Muslim).Menurut Syekh Jamal Abdul Rahman, jika guru mampu mendidik siswa menjadi saleh maka hal itu masuk ke dalam ketiga kategori amal yang tidak akan putus sebagaimana dalam hadits di atas. Maksudnya, waktu, tenaga, dan biaya yang diberikan seorang guru dalam mendidik siswa bisa menjadi sedekah jariyah.Ilmu yang guru sampaikan kepada siswa akan menjadi ilmu yang bermanfaat. Hingga akhirnya, siswa yang dididik guru akan menjadi anak yang saleh, yang akan mendoakan dirinya, baik ketika guru masih hidup maupun sudah meninggal dunia.
Saking mulianya kedudukan guru, Ahmad Syauki, seorang penyair Mesir, pernah menyatakan bahwa guru itu hampir seperti seorang rasul. Mungkin itu terlalu berlebihan. Karena memang pada dasarnya antara rasul dan guru memiliki tugas dan peranan yang sama, yaitu mendidik, mengajar, dan membina umat. Pertanyaan besar untuk kita, para guru “Bagaimana memantaskan diri dengan kedudukan mulia tersebut? Bagaimana merawat keunggulan diri sebagai guru, sehingga melalui sentuhannya Allah akan melahirkan generasi unggul?”
Allah Subhanahu Wa Ta’alamengajarkan dalam surah Ali Imran [3] ayat 164 tentang tugas para rasul, yang menjadi model bagi seorang guru menjadi unggul. Dalam ayat tersebut setidaknya ada tiga tugas pokok seorang rasul yang bisa dijadikan pegangan oleh setiap guru, yaitu membacakan ayat-ayat Allah (at-tilawah); membersihkan jiwa (at-tazkiyah); dan mengajarkan Al Quran (al-kitab) dan sunah (al-hikmah). Dengan tiga patokan tersebut, Allah Subhanahu Wa Ta’alamenjamin akan terlahir generasi yang terhindar dari kesesatan, yang berarti meraih jalan kesuksesan dan kemuliaan.
Semoga Allah membimbing kita agar pantas menjadi seorang guru unggul pewaris para nabi, sehingga Allah Subhanahu Wa Ta’alamengizinkan kita mendapati lahirnya kembali generasi unggul.
Terima kasih dan teriring doa jazaahumuLlaah khayr atas semua kebaikan dan teladan guru-guruku…terkhusus Ibunda Tati Murdiyati sebagai guru pertamaku, Bapak Darodjatun sebagai Kepala Sekolah pertamaku, semua guru di TK ABA V, SD Mangkukusuman 7, MDA Tanmiyatul Huda, SMPN 2, SMAN 1, IKIP Jakarta, Unnes Semarang, semua murabbi, dan semua Ustadz pembimbingku.
Disusun oleh Ustadz H. Ghusni Darodjatun, M.Pd. (Dewan Pembina Yayasan Ribathul Ukhuwwah)
Terus berharap…Allah Subhaanahu wa Ta’alaa menghimpun kita ke dalam barisan panjang penuh berkah bersama Guru Terbaik (Rasulullah Muhammad shallaLlaahu ‘alayhi wasallam)
amiiin. terima kasih banyak ustad Ghusni.